Loading...
Tuesday, January 23, 2007

kearifan ketika mendesain

SAYA COPY DARI MILIS DKV ITB KARENA BERMANFAAT DAN ADA SEDIKIT PENCERAHAN:


Sedikit berbagi seputar profesi desain untuk rekan mahasiswa dan fresh graduated:


Semasa kuliah saya adalah mahasiswa desain grafis dengan prestasi yang biasa-biasa saja. Setidaknya di bandingkan dengan beberapa teman yang memang selalu menghasilkan karya grafis yang outstanding (kini mereka adalah orang-orang penting di periklanan). Angkatan 90an adalah angkatan tanggung. Angkatan transisi antara era manual dan era digital. saya ingat masih sempat membantu senior mengerjakan TA dengan menggunakan airbrush. Dan kerap terjepit dalam perdebatan sekitar pro-kontra kehadiran komputer grafis. Angkatan sekarang mungkin tak akan mengalami ketika karya anda di komentari: “komputer bangeeet!”. Yah itu masa lalu. Kini kita semua sepakat bagaimana saktinya perangkat yang satu ini di dunia grafis.


Setelah lulus, sepuluh tahun yang lalu nasib mempertemukan saya dengan bidang corporate communication. Dan masih berjodoh sampai hari ini. Artinya Hampir seluruh pekerjaan saya dalam kurun waktu tersebut hanya berkisar sekitar pembuatan Annual Report, Company Profile, Corporate Identity System, Kalender, dan Iklan-iklan Corporate (Biasanya media cetak). Bidang ini begitu sunyi. Jauh dari hiruk-pikuk advertising agency yang hinggar-bingar. Entah saya tidak berjodoh, atau karena emang agak minder dengan dunia para pencipta lifstyle dan trendmaker ini…Maafkan hamba kawan-kawan creative director dan juga para film-maker.. no offense..hehehe.


Salah satu indikasi mengapa bidang grafis yang satu ini begitu sunyi adalah tingkat ‘Turn-over’ pekerja kreatifnya lebih rendah di banding ad-agency (maksudnya disini anda tidak akan sekutu-loncat kalo anda kerja di advertising! Saya jamin! Ini ada buktinya. Salah satu rekan desainer di kantor saya bertahan selama 2 tahun, hingga satu saat ia diterima di salah satu Ad-agency dan ajaib hanya dalam tempo satu tahun telah 3 kali berpindah agency. Belum lagi rekan satu angkatanku yang setiap kali ketemu selalu menyodorkan kartu nama yang berbeda. Saya tidak mengerti dengan fenomena menarik itu tapi bukan ini yang hendak saya bagi.


Selama 10 tahun menggeluti bidang desain corporate banyak hal bisa saya petik. Hingga agak bingung untuk memulai dari mana.

Saya mulai 10 tahun yang lalu sebagai junior graphic design di sebuah biro yang mempunyai reputasi “the best in the town” (itu klaim sang Boss) dengan klien klien yang cukup kakap.

Namun haya dalam satu bulan saya sudah “bertengkar” dengan sang Boss. Lho?

Ini salah ITB! Haha..Nama besar kampus membawa sedikit beban dan arogansi..

Maklum baru selesai wisuda ditambah fanatisme yang berlebihan terhadap bidang Keilmuan desain melahirkan arogansi itu. Di perparah dengan era 90an dimana bidang desain grafis masih identik dengan tukang bikin spanduk yang tidak keren (di banding Interior & Industri misalnya), ini melahirkan beban psikologis yg begitu berat! Seperti memikul sebuah misi suci memperjuangkan harkat profesi! Suhu kampus yang makar juga melahirkan karakter2 yang cenderung arogan bin idealis..(tidak semuanya sih)

Saya tidak rela ketika desain yang saya kerjakan ditolak mentah2 oleh Boss saya yang belakangan saya tahu tidak mempunyai latar belakang desain sama sekali. Pokoknya dia memberikan suatu kritik dari sudut pandang yang tidak saya fahami. Merasa dilecehkan karena ilmu desain ini saya dapatkan secara S1 gituloh…! Sungguh arogansi yang naif!



UNDERSTAND THE BUSINESS

(Fahami bisnis klien anda dahulu sebelum berfikir visual. Ini adalah basic.)


10 tahun kemudian saya menengok kembali betapa sempitnya sudut pandang saya. Seiring dengan bertambahnya wawasan saya tentang corporate, semakin sadar bahwa ada hal-hal yang lebih esensial sebelum mulai berfikir visual. Membuat sebuah tampilan Annual report atau Company profile, misalnya bukan sekedar membuat cover lay-out dan isi yang bagus dengan sekedar mencocokan corporate color dan menaruh gambar-gambar yang pas. Tapi pendalaman terhadap corporate itu sendiri , bagaimana sebuah korporasi itu bekerja. Seperti apa karakter korporasi itu harus tampil dan hal-hal mendasar lainnya.

Ini akan berguna ketika kita hendak melakukan analogi atau membuat simbolisasi visual yang tepat untuk mewakili bisnis klien kita.


Seorang desainer kreatif biasanya mempunyai preferensi visual sepersekian detik setelah mendapatkan brief..(ahh saya akan membuatnya dengan kotak-biru-abu- abu seperti yang baru saja saya lihat di buku showcase itu..pasti keren….yes!) Passion seperti ini penting bagi seorang desainer tapi jangan sampai lupa satu hal! Mempelajari profil perusahaan.. !

Misalnya anda mendapat brief untuk membuat desain company profile perusahaan pertambangan…Anda harus membedakan antara perusahaan tambang dan kontraktor pertambangan. Ini penting karena walaupun fieldnya sama tapi bisnisnya berbeda. Yang satu adalah perusahaan pemilik lahan dan yang kedua adalah perusahaan penggarap lahan yang diupah oleh pemilik lahan. Sehingga gambar-gambar yang tampil harus berbeda. Ini hal kecil yang fatal..bisa kalah pitch karena anda tak faham bisnis mereka, bukan karena desain anda gak bagus.

Demikian juga Di bidang IT, Finance, Manufacture dan seterusnya yang masing-masing field mempunyai spektrum bisnis beragam yang kalo karena anda seorang desainer grafis malas mempelajari hal ini akan terjadi misleading.

Sewaktu masih junior saya sering banget dibantai oleh boss saya pada saat brainstorm maupun saat review karena hal2 seperti ini…karena seringkali tidak memahami brief yang diberikan dan kadang-kadang karena pengetahuan AE (Account Executive ) juga minim sehingga tidak bisa memberikan brief yang tajam. Brainstorming sangat penting disini.



WELL-MAINTAINED TYPOGRAPHY

(Kematangan seorang Desainer-grafis dilihat dari cara dia menangani Tipografi)
Setidaknya ini berlaku di Bidang corporate termasuk Iklan Corporate.


Ketika menseleksi portofolio desainer2 baru saya sering menjumpai kelemahan utama dari desainer2 pemula. Tipografi yang mentah! Lay-out dan Visual yang bagus cukup bertebaran, tapi sedikit sekali yang matang dalam bertipografi…

Tipografi adalah elemen yang paling subtle dari semua faktor visual dalam desain. Why?

Perbedaan 0.2 milimiter dari jarak antarhuruf (kerning) akan sangat menentukan feel dari desain secara keseluruhan. Ini tak bisa dilihat tapi terasa. Terasa ketika sejumlah 2345 huruf berukuran 8.5 point yang anda pilih saling berpadu dalam 5 paragraf center- aligned yang masing-masing barisnya berjarak 120% dari tinggi huruf tersebut. Itu belum termasuk jenis huruf apa yang anda pilih warna apa yang anda beri dan dimana anda akan meletakannya? Bagaimana dia berinteraksi dengan elemen desain yang lain? Diatas bidang putih ditepi kiri? diatas blok warna biru? atau diatas background gambar?

And at the end…seberapa sukar tulisan tersebut dapat dibaca….!!!

Memadukan secara sempurna antara faktor keterbacaan dan faktor artistik ternyata bukan hal yang gampang. Setidaknya ini yang saya alami. Kuliah Tipografi selama 4 SKS(?) Lupa euy! Ditambah pelajaran kaligrafi 2 SKS ternyata tidak cukup. Setelah 2 tahun menggeluti Corporate Design di dunia profesi, saya baru merasa bisa menaklukan yang namanya tipografi.

Dan saat menganalisa portofolio para junior, semakin memperkuat premis saya, Desainer yang matang adalah desainer yang mampu menaklukan tipografi. Seperti mitos seorang koki masak..katanya kalo koki udah bisa bikin steak enak berarti dia bisa bikin masakan enak lainnya. Saya tidak membuat thesis tentang hal ini. Tapi ini membantu saya melakukan benchmarking dalam seleksi desainer baru.

Sayangnya saya sendiri tidak bisa merumuskan faktor-faktor subtle ini dalam suatu formulasi atau metoda baku. Saya yakin pencapaian artistik baik bagi seorang desainer atau seni murni adalah sesuatu yang sangat personal. Tapi kita harus sepakat satu hal: This one is really need a very good sense of art!

Mungkin para pendidik bisa mengkaji ulang kembali metode pengajaran tipografi dan kaligrafi di bangku kuliah biar lebih up-date gituloh!



DON’T BE FOOLED BY THE TOOLS

(Memisahkan yang esensial dari yang lipstick)



Saya masih ingat ketika software adobe photoshop membuat suatu terobosan fundamental membuat metode layer pada versi 2 dengan plug-in2nya yang canggih seperti drop shadow! Mendadak hampir semua desain yang saya temui selalu dikasih drop-shadow disana sini!! Juga efek2 lain seperti bevel dan emboss…! Dengan segera gaya image-collages, drop-shadow and glow menjadi trend desain grafis yang men-global.


Mungkin trend yang dipengaruhi perkembangan teknologi dan aplikasi ini berlaku juga di bidang manapun baik itu di film maupun motion graphic. Ini sah-sah aja.


Biasanya Designer pemula (atau siapapun termasuk saya) ketika baru menguasai sebuah aplikasi baru, ataupun ketika menemukan satu style baru, cenderung ingin menunjukan keahlian baru tersebut dengan menerapkan secara membabi-buta tanpa melihat seberapa penting efek atau style tersebut dalam desain anda secara keseluruhan. Ketika anda tersesat disini anda harus segera menjauhkan diri dari monitor, tarik nafas, lepasakan kacamata desain grafis anda dan kembali ke point awal…Understand the business first! Pisahkan mana yang esensial mana yang sekedar lipstik (akan saya jelaskan di kesempatan lain) kemudian tempatkan kembali semuanya sesuai konteks.


Dengan menguasai tiga hal mendasar diatas (setidaknya ini menurut pengalaman saya, karena banyak hal-hal basic lain yang harusnya memang dikuasai seorang desainer, seperti penguasaan warna, disiplin terhadap grid system dll), maka karya desain anda akan utuh secara konsep dan cantik secara artistik. Selanjutnya terserah klien.


Selama ini saya cukup bersantai-ria karena big players di bidang ini terhitung sedikit.
Belakangan persaingan cukup keras terutama beberapa advertising agency dan juga biro asing mulai ikutan turun disini. Namun begitu, prospek di bidang corporate communication masih cukup menjanjikan. Setidaknya bagi yang mampu bertahan.



Selamat berjuang…



Iman Koharudin

DKV-90

1 comments:

agusmigas said...

sialan, gue kirain si miko yang bikin, ga taunya orang lain, kutu kupret.... hehehehehe

 
Toggle Footer
TOP